Terbiasa Kalah, Sekali Lagi dan Lagi
Terbiasa Kalah,
Sekali Lagi dan Lagi
Ketika mata ini melihat orang lain, sepertinya hidup mereka mudah dan berjalan semulus yang mereka inginkan, mereka memiliki bakat dan kehebatan.
Diri ini tau tentunya, bahwa pasti ada kesedihan dibalik kebahagiaan, ada suara jeritan dibalik teriakan menang. Diri ini tau pasti mereka mengalami itu.
Tapi saat diri ini berkaca, tidak ada yang istimewa pada raga yang kubawa, tak ada bakat atau kelebihan yang aku banggakan. Malah banyak kelemahan dan kekurangan yang kusimpan. Dan justru diri ini berteriak kesakitan disepanjang kaki melangkah, pikiran ini menjerit tak bisa menyimpan isi dunia, dan calon mayat ini tertusuk baring sebelum mati.
Kau tahu, mungkin sekarang aku lelah dan merasa kalah karena tak pernah ada kemenangan yang kubawa, tak ada sesuatu dalam jasad ini yang bisa membuat mata takjub padaku.
Mungkin sekarang, semua mata malah mengejek dan mulut terlihat mencibir diri ini yang tak bisa lepas dari kata kalah.
Tapi, bukan berarti suatu saat nanti diriku akan terlihat berharga, mungkin karena sudah terbiasa, kekalahan dan ejekan seakan sebuah kebiasaan. Seakan hidup ini tak terang jika mereka menghilang.
Aku cuma mau berkata pada jiwa yang terbiasa kalah ini, bahwa ia akan semakin banyak menerima kekalahan di kemudian hari, bahwa ia akan mendapat ejekan dan hinaan yang lebih dari pada ini.
Sedikit bercerita, jangan terlalu berharap hidup ini tunduk dan patuh semudah itu pada seorang manusia yang hanya punya modal nyawa.
Rabu, 3 September 2019
Jakarta
-izat-
Comments
Post a Comment